Ad 728x90

Wednesday, March 14, 2018

Bupati Paoulus Hadi Himbau Masyarakat Mukok Ajari Anak Ngaji Sejak Usia Dini

Bupati Paoulus Hadi Himbau Masyarakat Mukok Ajari Anak Ngaji Sejak Usia Dini


Program safari Ramadan terus berlanjut. Dihari kedua puluh pelaksanaan ibadah puasa, Bupati Paolus Hadi bersama para pejabat dan unsur pimpinan daerah Kabupaten Sanggau meneruskan kunjungan ke Masjid Miftahul Jannah, Desa Inggis, Kecamatan Mukok, Selasa (20/6), kemarin. Safari ramadan ini dihadiri unsur Forkopimda, para Kepala SKPD, Camat Mukok beserta unsur Forkopimka serta perangkat desa.
Dalam sambutannya, Bupati Sanggau, Paolus Hadi mengajak para orang tua untuk mengajari anak-anak mereka membaca Al-quran sejak dini.
“Kepada anak-anak agar sejak dini sudah membiasakan diri berpuasa, karena kalau sudah besar rasanya akan berat untuk memulainya. Begitu juga dengan membaca Al-quran, sejak kecil harus sudah diajarkan, sebagai orang tua juga harus tegas bagaimana mempersiapkan anak kita agar pandai dan mampu membaca Al-quran dengan baik dan benar,” ujar Bupati.
Pada kesempatan itu, Bupati Paolus Hadi mengingatkan, peran aktif orang tua dan pemuka agama bagaimana menggalakan taman bacaan Al-quran di setiap dusun dan desa, sehingga dapat mencetak generasi yang fasih membaca Al-quran dan tentunya dapat mewakili Kabupaten Sanggau diajang STQ maupun MTQ ditingkat yang lebih tinggi.
“Kepada umat muslim saya meminta agar benar-benar memahami dan menjalankan ibadah puasa dengan keteguhan iman, sehingga mendapat kemenangan di Hari Raya Idul Fitri nanti,” ujarnya.
Lanjutnya lagi, Paolus Hadi mengingatkan, masyarakat selalu waspada dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan.
“Jangan mudah percaya terhadap berita-berita yang beredar dan belum tentu benar, jangan ikut-ikutan menyebar berita bohong (hoax). Kita di Sanggau sudah hidup rukun dan damai antar umat maupun antar masyarakat, mari kita jaga daerah ini agar tetap hidup berdampingan dan harmonis,” ucap Bupati.
Sementara itu, Koordinator Safari Ramadan Bupati Sanggau di Masjid Miftahul Jannah Desa Inggis, Husni Syamsul menambahkan, safari ramadan merupakan tradisi yang sejak lama telah dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
“Kegiatan ini tidak lain adalah sebagai bentuk perhatian dan kerinduan pemimpin terhadap masyarakatnya. Safari ramadan juga dimaksudkan untuk menjalin tali silaturahmi dan bertemu langsung dengan masyarakat. Lewat kegiatan ini, masyarakat juga dapat mendengarkan pesan dan arahan dari Pak Bupati, baik menyangkut pemerintahan dan pembangunan maupun kemasyarakatan,” tutupnya.

Sumber : pontianakpost.co.id, halodunia.net

Friday, December 8, 2017

Panglima TNI : Selama Saya Jadi Panglima, Tidak Akan Ada Konflik Dengan Polri

Panglima TNI : Selama Saya Jadi Panglima, Tidak Akan Ada Konflik Dengan Polri


Tak ada hambatan apa pun. Semua berjalan mulus. Ya, anggota Komisi I DPR akhirnya menyetujui pengangkatan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menjadi panglima TNI setelah menggelar fit and proper test di ruang komisi I DPR kemarin (6/12).
Tinggal menunggu ketukan palu sidang paripurna sebelum Presiden Jokowi bisa melantik Hadi. Fit and proper test yang digelar tertutup itu berlangsung selama kurang lebih 6 jam. Hadi diuji dengan berbagai permasalahan seputar angkatan bersenjata republik ini. Mulai dari soal anggaran, alutista, kebijakan pertahanan, urusan kelembagaan, ancaman luar dan dalam, hingga perhatian terhadap veteran.
“Sidang komisi I DPR memberikan persetujuan terhadap Marsekal TNI Hadi Tjahjanto untuk menjadi Panglima TNI,” Kata Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari disambut tepuk tangan riuh dari para anggota TNI AU di ruangan.
Kharis menyebut, Hadi dinilai memiliki rekam jejak yang mumpuni, memenuhi syarat, dan memiliki kecakapan untuk memimpin TNI. Sidang juga menyetujui pemberhentian dengan hormat Panglima TNI saat ini, Jenderal Gatot Nurmantyo. “Dengan apresiasi dan ucapan terima kasih atas dedikasi dan kinerja dalam memimpin TNI selama ini,” kata Khari.
Mekanisme pemberian persetujuan ini dibagi dalam beberapa tahap. Diawali dengan penelitian administrasi, penyampaian visi misi, pendalaman, lalu mendengarkan pendapat dari fraksi-fraksi. Barulah keputusan bersama diambil. “Yang ditanyakan pada beliau (Hadi, red) umumnya soal kepemimpinan, profesionalitas, dan integritas,” kata Kharis.
Kharis mengatakan, pihaknya segera akan mengirim surat ke pimpinan DPR untuk menggelar rapat Badan Musyawarah (Banmus) atau rapat pengganti Banmus. Rapat nantinya akan menjadwalkan pembacaan laporan keputusan sidang ini di paripurna.
Setelah disetujui dalam paripurna, pimpinan DPR akan segera berkirim surat ke presiden. “Setelah itu presiden bisa melantik, tergantung jadwal dari istana,” kata Kharis.
Anggota Komisi I DPR, Asril Hamzah Tanjung, mengungkapkan bahwa rapat tersebut juga menguatkan kembali komitmen TNI untuk mengawal proses menuju target kekuatan minimum TNI, Minimum Essential Force atau MEF yang belakangan dianggap kendor.
Asril mengatakan Hadi menyatakan sanggup untuk mengawal MEF tahap kedua dengan tenggat waktu sampai akhir 2019. “Beliau (Hadi, red) janji akan tercapai 30 persen pada MEF II, sisanya dipenuhi sampai 2024, masih lama,” katanya.
Di antara janji-janji Hadi antara lain mengutamakan dan memberdayakan industri militer strategis dalam negeri seperti PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia. Dan perlahan-lahan melepaskan diri dari ketergantungan alutista buatan asing. “Sekarang masih 35 persen alutista dari dalam negeri, janjinya dinaikkan 50 persen sampai 100 persen,” katanya.
Selain itu, kata Asril, janji yang tidak boleh dilupakan adalah janji Hadi untuk menjaga harmonisasi antar TNI dengan Polri. “Selama saya jadi panglima, tidak akan ada konflik dengan Polri, itu janjinya, kita pegang,” kata politikus Gerindra ini.
Hadi sendiri merasa bersyukur telah melewati berbagai tahapan uji kelayakan tersebut menuju kursi panglima. Ia berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Tentang apa yang akan ia lakukan setelah jadi Panglima, Hadi belum mau mengungkapkannya. “Nanti saya sampaikan saat sudah jadi panglima, kita ketemu lagi di tempat pengambilan sumpah jabatan,” katanya.
Dalam paparan visi dan misinya, Hadi banyak menyinggung fenomena pergeseran Geopolitik dunia. Di mana ancaman-ancaman terhadap keamanan dan kesatuan nasional, regional, maupun global sudah berevolusi sedemikian rupa.
Perang yang terjadi pun saat ini lebih bersifat asimetris, proksi, dan hibrid. “Arus informasi dan media sosial juga bisa jadi senjata yang tak kalah mematikan dari senjata kinetik,” paparnya.
Uniknya, Panglima TNI Gatot Nurmantyo bersama Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi dan KSAD Jenderal TNI Mulyono turut serta mengantarkan Hadi “menghadapi ujian”-nya menuju kursi Panglima TNI. Empat perwira tertinggi TNI tersebut tampak berjalan beriringan menuju gedung Nusantara I.
“Ini untuk menunjukkan bahwa baik KSAL maupun KSAD siap dipimpin Pak Hadi,” kata Gatot pada media.
Padahal, kata Gatot, secara akedemik, baik KSAL maupun KSAD 3 tahun lebih senior daripada Hadi. Menurut Gatot, komitmen kesiapan seperti ini penting untuk ditunjukkan sejak awal. Agar masalah senioritas tidak mengganggu rantai komando. “Ini penting, karena di militer, senioritas sangat berpengaruh,” katanya.
Menurut Gatot, presiden memilih Hadi berdasar pertimbangan yang objektif. Indonesia butuh Panglima yang bisa mengawal ketahanan dan keamanan Indonesia melewati tahun politik 2018-2019. Sementara, baik KSAD maupun KSAL, sama-sama akan memasuki masa pensiun.
“KSAD 1 Juni sudah pensiun, KSAL Januari 2019 juga sudah pensiun,” katanya. Gatot sendiri mantap menyatakan ia siap menyerahkan tongkat kepemimpinan TNI pada Hadi. “Saya tulus dan ikhlas,” ungkapnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menepis anggapan penggantian Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang dianggap terburu-buru. Dia menuturkan penggatian panglima itu butuh waktu untuk seleksi seperti fit and proper test.
Selain itu, ada pertimbangan seorang panglima yang diganti itu membutuhkan waktu menghadapi masa persiapan pensiun. “Ada kebiasaan juga sudah terjadi di beberapa panglima (TNI, red), memang beberapa bulan sebelumnya ada masa sebelum pensiun ada persiapan masa pensiun,” ujar JK di kantor Wakil Presiden, kemarin (6/12).
Permintaan Jenderal Gatot untuk segera melantik penggantinya, yang diusulkan Presiden Jokowi ke DPR, Marsekal Hadi Tjahjanto juga disebut JK sebagai tindakan yang bagus. Dia menilai sikap tersebut merupakan sikap seorang panglima yang mau menerima atau terbuka. “Dan (Panglima Gatot, red) sangat menyerahkan proses sesuai dengan aturan,” tambah JK.
Terkait dengan mutasi perwira tinggi di lingkungan TNI, JK enggan memberikan komentar panjang. Dia menganggap bahwa itu adalah proses yang sedang berjalan di tubuh militer. Dia tidak mau ikut campur terlalu dalam. “Itu (mutasi, red) masalah internal TNI lah,” tegas dia

Monday, November 20, 2017

"Social Media DBMS" Kelengkapan Baru Polri Untuk Handling and Monitoring Media

"Social Media DBMS" Kelengkapan Baru Polri Untuk Handling and Monitoring Media


Tampaknya Polres Tanjungpinang di bawah kepemimpinan AKBP. Ardiyanto Tedjo Baskoro benar-benar menunjukan kemajuan yang signifikan. Selain banyak pengembangan sistem pelayanan masyarakat dan pembentukan pasukan blogger yang diberi julukan sebagai Cyber Troops Polres Tanjungpinang, Ardiyanto juga sedang menyiapkan system penunjang yang nantinya akan dipergunakan untuk memonitor setiap pergerakan dari pasukan cyber asuhan Polres Tanjungpinang.
Dalam sistem tersebut, semua aktivitas Cyber Troops dalam menjalankan misinya dapat termonitor, pergerakan penyebaran informasi melalui blog, facebook, twitter dan instagram dapat dilihat dengan detil.
Selain itu, sistem yang sedang dipersiapkan tersebut juga dapat berfungsi sebagai media intelejen. Akan ditampilkan semua artikel yang telah tersebar secara online dan dikelompokan berdasarkan anemo emosional.
Output data dari sistem itulah yang akan menjadi bahan strategi Cyber Troops Polres Tanjungpinang dalam menjalankan fungsinya. Melalui media apa, dengan materi counter yang seperti apa dan akan menggunakan teori yang mana. Sehingga kondisi emosional masyarakat dapat dikendalikan melalui dunia online.
Di lain tempat, Ketua Tim programmer sistem tersebut yang berasal dari Jawa Timur M. Khoirul Amin , dan Tim Kreasi Garuda tidak menjelaskan lebih jauh mengenai algoritma sistem yang sedang dia buat untuk Polres Tanjungpinang. Dia hanya megatakan bahwa sistem tersebut adalah kompas untuk Cyber Troops Polres Tanjungpinang dalam aktivitas counter opini dan penguasaan opini media nantinya.

Didalam System tersebut juga dibuat Algorithma AI ( Artificial Intellegence ) atau  yang dikenal dengan Algoritma Kecerdasan Buatan sehingga diharapkan System tersebut benar benar bisa dimanfaatkan sebagai Media Intellegence Dalam mengawasi penyebaran berita berita HOAX , tutur  Tassaufi Ariefzani , salah satu tim programmer tersebut.

Sunday, November 12, 2017

Sejarah Jayabaya, Raja Agung Nusantara Yang Telah Meramalkan Keadaan Saat Ini

Sejarah Jayabaya, Raja Agung Nusantara Yang Telah Meramalkan Keadaan Saat Ini


Jayabhaya adalah raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun 1135-1157 M. Nama gelar lengkapnya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa.

Dalam sejarah, Jayabaya adalah seorang raja yang memerintah Kerajaan Kediri pada kurang lebih tahun 1.130 sampai dengan tahun 1.160 masehi. Dia adalah keturunan langsung dari Prabu Airlangga, penguasa tertinggi Kerajaan Kahuripan yang memerintah antara tahun 1.019 -1.042 M.

Kerajaan kediri ( 1.042 - 1222 M ) sebelumnya merupakan pecahan dari kerajaan Kahuripan. Sebelum meninggalkan tahta dan kemudian menjalani hidup sebagai pertapa, Airlangga membagi kerajaannya untuk dua orang putranya masing-masing Kerajaan Jenggala ( Singosari ) dengan Ibukotanya Kahuripan dan Kerajaan Panjalu ( Kediri ) dengan Ibukotanya Daha. Dalam perjalanan sejarah berikutnya, melalui perang saudara antar pewaris Airlangga, Kerajaan Jenggala akhirnya takluk dan menjadi bagian dari kerajaan Kediri.

Jayabhaya Dalam Tradisi Jawa
Nama besar Jayabhaya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa, sehingga namanya muncul dalam kesusastraan Jawa zaman Mataram Islam atau sesudahnya sebagai Prabu Jayabaya. Contoh naskah yang menyinggung tentang Jayabaya adalah Babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa. Dikisahkan Jayabaya adalah titisan Wisnu. Negaranya bernama Widarba yang beribu kota di Mamenang. Ayahnya bernama Gendrayana, putra Yudayana, putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna dari keluarga Pandawa.

Permaisuri Jayabaya bernama Dewi Sara. Lahir darinya Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan raja-raja tanah Jawa, bahkan sampai Majapahit dan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja Yawastina, melahirkan Anglingdarma raja Malawapati. Jayabaya turun takhta pada usia tua. Ia dikisahkan moksha di desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Tempat petilasannya tersebut dikeramatkan oleh penduduk setempat dan masih ramai dikunjungi sampai sekarang.

Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan Nusantara. Terdapat beberapa naskah yang berisi “Ramalan Joyoboyo”, antara lain Serat Jayabaya Musarar, Serat Pranitiwakya, dan lain sebagainya. Dikisahkan dalam Serat Jayabaya Musarar, pada suatu hari Jayabaya berguru pada seorang ulama bernama Maolana Ngali Samsujen ( Syeh Maulana Ali Syamsudin ). Dari ulama tersebut, Jayabaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak zaman diisi oleh Aji Saka sampai datangnya hari Kiamat.

Dari nama guru Jayabaya di atas dapat diketahui kalau naskah serat tersebut ditulis pada zaman berkembangnya Islam di Pulau Jawa. Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis ramalan-ramalan Jayabaya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat saat itu untuk mematuhi ucapan tokoh besar. Maka, si penulis naskah pun mengatakan kalau ramalannya adalah ucapan langsung Prabu Jayabaya, seorang raja besar dari Kadiri.

Tokoh pujangga besar yang juga ahli ramalan dari Surakarta bernama Ranggawarsita sering disebut sebagai penulis naskah-naskah Ramalan Jayabaya. Akan tetapi, Ranggawarsita biasa menyisipkan namanya dalam naskah-naskah tulisannya, sedangkan naskah-naskah Ramalan Jayabaya pada umumnya bersifat anonim.

Ramalan Jayabhaya 

Ramalan Jayabaya atau sering disebut Jangka Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yg dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga .Asal Usul utama serat jangka Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musasar yg digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keaslianya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yg menuliskan bahwasanya Jayabayalah yg membuat ramalan-ramalan tersebut.

"Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, musuh takut dan takluk, tak ada yang berani."

Meskipun demikian, kenyataannya dua pujangga yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, sama sekali tidak menyebut dalam kitab-kitab mereka: Kakawin Bharatayuddha, Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya, bahwa Prabu Jayabaya memiliki karya tulis. Kakawin Bharatayuddha hanya menceritakan peperangan antara kaum Korawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha. Sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita ketika sang prabu Kresna, titisan batara Wisnu ingin menikah dengan Dewi Rukmini, dari negeri Kundina, putri prabu Bismaka. Rukmini adalah titisan Dewi Sri.

Isi Ramalan Jayabaya ( Jangka Jayabaya )
Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran - Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
Tanah Jawa kalungan wesi - Pulau Jawa berkalung besi.
Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang - Perahu berjalan di angkasa.
Kali ilang kedhunge - Sungai kehilangan mata air.
Pasar ilang kumandhang - Pasar kehilangan suara.
Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak - Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
Bumi saya suwe saya mengkeret - Bumi semakin lama semakin mengerut.
Sekilan bumi dipajeki - Sejengkal tanah dikenai pajak.
Jaran doyan mangan sambel - Kuda suka makan sambal.
Wong wadon nganggo pakeyan lanang - Orang perempuan berpakaian lelaki.
Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
Akeh janji ora ditetepi - Banyak janji tidak ditepati.
keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe - Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
Manungsa padha seneng nyalah - Orang-orang saling lempar kesalahan.
Ora ngendahake hukum Hyang Widhi- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
Barang jahat diangkat-angkat - Yang jahat dijunjung-junjung.
Barang suci dibenci - Yang suci (justru) dibenci.
Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit - Banyak orang hanya mementingkan uang.
Lali kamanungsan - Lupa jati kemanusiaan.
Lali kabecikan - Lupa hikmah kebaikan.
Lali sanak lali kadang - Lupa sanak lupa saudara.
Akeh bapa lali anak - Banyak ayah lupa anak.
Akeh anak wani nglawan ibu - Banyak anak berani melawan ibu.
Nantang bapa - Menantang ayah.
Sedulur padha cidra - Saudara dan saudara saling khianat.
Kulawarga padha curiga - Keluarga saling curiga.
Kanca dadi mungsuh - Kawan menjadi lawan.
Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
Ukuman Ratu ora adil - Hukuman Raja tidak adil
Akeh pangkat sing jahat lan ganjil - Banyak pejabat jahat dan ganjil
Akeh kelakuan sing ganjil - Banyak ulah-tabiat ganjil
Wong apik-apik padha kapencil - Orang yang baik justru tersisih.
Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin - Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
Luwih utama ngapusi - Lebih mengutamakan menipu.
Wegah nyambut gawe - Malas untuk bekerja.
Kepingin urip mewah - Inginnya hidup mewah.
Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka - Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
Wong bener thenger-thenger - Orang (yang) benar termangu-mangu.
Wong salah bungah - Orang (yang) salah gembira ria.
Wong apik ditampik-tampik - Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
Wong jahat munggah pangkat - Orang (yang) jahat naik pangkat.
Wong agung kasinggung - Orang (yang) mulia dilecehkan
Wong ala kapuja - Orang (yang) jahat dipuji-puji.
Wong wadon ilang kawirangane - perempuan hilang malu.
Wong lanang ilang kaprawirane - Laki-laki hilang jiwa kepemimpinan.
Akeh wong lanang ora duwe bojo - Banyak laki-laki tak mau beristri.
Akeh wong wadon ora setya marang bojone - Banyak perempuan ingkar pada suami.
Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang gonta-ganti pasangan.
Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
Akeh laknat--- Banyak kutukan
Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
Guru disatru---Guru dimusuhi.
Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
Akeh barang haram---Banyak barang haram.
Akeh anak haram---Banyak anak haram.
Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
Sing kebat kliwat---Yang tangkas lepas.
Sing telah sambat---Yang terlanjur menggerutu.
Sing gedhe kesasar---Yang besar tersasar.
Sing cilik kepleset---Yang kecil terpeleset.
Sing anggak ketunggak---Yang congkak terbentur.
Sing wedi mati---Yang takut mati.
Sing nekat mbrekat---Yang nekat mendapat berkat.
Sing jerih ketindhih---Yang hati kecil tertindih
Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
Wong tani ditaleni---Orang (yang) bertani diikat.
Wong dora ura-ura---Orang (yang) bohong berdendang.
Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.
Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
Akeh bandha musna ora karuan lungane---Banyak harta hilang entah ke mana
Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.
Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi.
Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci.
Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
Agama ditantang---Agama ditantang.
Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan.
Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
Buruh mangluh---Buruh menangis.
Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal setengah.
Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.

Artikel Sejarah menarik lainya :